MANILA - Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte terus menuai kecaman terkait pernyataanya bahwa para wartawan yang korup, sah untuk menjadi target pembunuhan. Duterte didesak untuk mencabut kata-katanya.
Ryan Rosuaro, Kepala Serikat Jurnalis Nasional Filipina mengatakan, kebebasan media dan pembunuhan bukanlah hal untuk dijadikan guyonan.
"Ini mengerikan karena presiden terpilih Rodrigo Duterte menjustifikasi pembunuhan para jurnalis di negara ini dengan memainkan kartu korupsi," ujarnya seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (2/6/2016).
Organisasi pemantau media internasional, Committee to Protect Journalists turut mengecam pernyataan Duterte tersebut.
"Pernyataan mengejutkan presiden terpilih Rodrigo Duterte yang tampaknya memaafkan pembunuhan ini, bisa membuat Filipina menjadi ladang pembantaian bagi jurnalis," demikian disampaikan organisasi tersebut.
"Kami mendesak keras dia untuk menarik komentarnya dan mengisyaratkan bahwa dia berniat melindungi, bukan menargetkan pers," demikian disampaikan.
Duterte yang menang telak dalam pemilihan presiden 2016, telah berjanji akan menghentikan kejahatan dalam waktu enam bulan dengan membunuh ratusan ribu tersangka pelaku kejahatan. Pria berumur 71 tahun itu berulang kali bersumpah akan membunuh para pengedar narkoba, pemerkosa, pembunuh dan penjahat lainnya.
Dalam konferensi pers di kota Davao pada Selasa (31/5) lalu, Duterte mengatakan, para jurnalis yang menerima suap atau terlibat dalam aktivitas korup lainnya, juga pantas untuk mati.
"Kebanyakan dari Anda bersih, tapi jangan pernah mengatakan bahwa semua jurnalis itu bersih," cetus Duterte seperti dilansir kantor berita AFP. "Hanya karena Anda jurnalis, Anda tidak terbebas dari pembunuhan jika Anda seorang bajingan," imbuhnya.
Hal itu disampaikan Duterte kepada para wartawan ketika ditanya mengenai bagaimana dia akan menangani masalah pembunuhan wartawan di negeri itu. Pekan lalu, seorang reporter ditembak mati di Manila, ibukota Filipina.
Filipina merupakan salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi para jurnalis. Sebanyak 174 wartawan telah tewas sejak demokrasi yang marak korupsi menggantikan kediktatoran Ferdinand Marcos tiga dekade lalu.
"Kebanyakan mereka yang tewas, sejujurnya, telah melakukan sesuatu. Anda tak akan dibunuh jika Anda tak berbuat salah," ujar Duterte seraya menambahkan, banyak jurnalis di Filipina yang korup.
Duterte pun menyinggung tentang kematian Jun Pala, jurnalis dan politisi yang dibunuh di kota Davao pada tahun 2003. Saat itu, pria-pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati Pala, yang merupakan pengkritik keras Duterte. Pelaku pembunuhan Pala tak pernah terungkap.
"Jika Anda jurnalis yang lurus, tak ada yang akan terjadi pada Anda," cetus Duterte. **
sumber: detik.com