YERUSALEM-Ribuan warga Israel datang untuk memberikan penghormatan terakhir dan melihat peti jenazah mantan Presiden Shimon Peres di luar gedung parlemen hari ini. Peres akan dimakamkan pada Jumat, 30 September besok.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama termasuk di antara para pemimpin dunia yang akan menghadiri pemakaman peraih Nobel Perdamaian itu.
''Kami datang untuk memberikan penghormatan kami pada seorang pria hebat yang akan kami ingat selamanya,'' ujar Michael Leon, seorang pekerja bank seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (29/9/2016), dirilis detik.com.
''Dia orang yang punya mimpi hebat untuk menciptakan perdamaian di wilayah ini, Timur Tengah yang baru. Menyedihkan, kami belum mencapai tujuan itu namun kami masih terus melanjutkan tujuannya,'' imbuh pria itu.
Mantan Presiden AS Bill Clinton juga telah hadir untuk memberikan penghormatan terakhir bagi Peres. Pangeran Charles dari Inggris, Presiden Prancis Francois Hollande dan pemimpin negara-negara lainnya juga akan menghadiri pemakaman Peres.
Peres akan dimakamkan di pemakaman Mount Herzl di Yerusalem. Pemakaman tersebut telah menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi banyak pejabat Israel.
Peres meninggal dunia pada Rabu (28/9) dini hari, sekitar pukul 03.00 waktu setempat, dalam usia 93 tahun. Peres meninggal saat menjalani perawatan medis di Sheba Medical Center, Tel HaShomer, Israel karena terkena stroke sejak dua pekan lalu. Kondisi kesehatannya sempat dikabarkan stabil, sebelum mengalami penurunan serius pada Selasa (27/9) waktu setempat.
Tercatat sebagai pejabat yang paling lama memegang berbagai jabatan publik, Peres dianggap sebagai bagian besar dari sejarah Israel. ''Sejarah negara Israel adalah sejarah Shimon Peres,'' demikian sebut The Jerusalem Post dalam artikelnya soal Peres.
Semasa hidup, Peres banyak berjasa mengupayakan perdamaian Israel-Palestina. Hingga akhirnya pada 10 Desember 1994, Peres yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri Israel, bersama dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat menerima Nobel Perdamaian.
Nobel Perdamaian itu dianugerahkan atas upaya mereka sebagai 'arsitek' kesepakatan damai sementara tahun 1993, yang juga disebut Perjanjian Oslo. Perjanjian itu berisi pakta kesepakatan antara Israel dan Palestina, namun sayangnya harapan Peres agar perjanjian itu menjadi permanen gagal terwujud. (ee)
(f: dtc)