PEKANBARU - Nilai impor Riau bulan September 2017 mencapai US$ 126.07 juta atau turun sebesar 21,36 persen dibanding nilai impor Agustus 2017 yang mencapai US$ 160.32 juta.
"Penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor migas dan non migas masing-masing sebesar 69,13 persen dan 12,01 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom, Rabu (8/11/2017).
Ia mengatakan selama Januari-September 2017, nilai impor Riau mencapai US$ 974.71 juta atau turun 0,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang besarnya US$ 982.39 juta.
"Penurunan impor ini disebabkan oleh menurunnya impor non migas sebesar 6,64," jelasnya.
Menurut Golongan Barang Aden menjelaskan penurunan impor non migas September 2017 terhadap bulan sebelumnya terbesar terjadi pada Bubur Kayu (Pulp) sebesar US$ 8.50 juta, Kayu, Barang dari Kayu sebesar US$ 2,98 juta, Bahan Kimia Anorganik sebesar US$ 1.33 juta.
"Sedangkan kenaikan impor non migas terjadi pada Garam, Belerang, Kapur sebesar US$ 1,29 juta, Bahan Kimia Organik sebesar US$ 0,80 juta, dan Kertas dan Karton sebesar US$ 0.23 juta," ungkapnya.
Lanjutnya, impor non migas selama Januari-September 2017 didominasi oleh Mesin-mesin/Pesawat Mekanik US$ 246,42 juta (31,18 persen), kemudian Pupuk sebesar US$ 224,36 juta (28,38 persen), Bubur Kayu (Pulp) US$ 59,07 juta (7,74 persen), serta Bahan Kimia Anorganik US$ 30,84 juta (3,90 persen) dengan kontribusi keempatnya mencapai 70,94 persen.
Untuk impor Non Migas Menurut negara asal , pada periode Januari-September 2017 impor non migas Riau terutama berasal dari Tiongkok mencapai angka terbesar yaitu US$ 199.99 juta (25,30 persen), Kanada US$ 118.93 juta (15,05 persen), Malaysia US$ 97.83 juta (12,38 persen), dan Singapura US$ 54.56 juta (6,90 persen), dengan kontribusi keempatnya mencapai 59,63 persen terhadap keseluruhan impor non migas.
"Dari 10 negara utama pemasok barang impor non migas ke Riau pada bulan September 2017, 7 negara mengalami penurunan, dan 3 negara mengalami peningkatan. Penurunan terbesar terjadi pada impor dari Kanada US$ 7.21 juta (47,39 persen), Tiongkok US$ 5.96 juta (12,53 persen), dan Jerman US$ 4.28 juta (54,58 persen), sedangkan peningkatan impor terbesar terjadi dari Italia US$ 3.25 juta (4.277,05 persen), Jordan US$ 2.94 juta, dan Singapura US$ 0.56 juta (9,40 persen)," pungkasnya.**/MC