KUALA LUMPUR - Prof Dr Irwandi Jaswir (47) asal Riau yang saat ini menjadi dosen di International Islamic University Malaysia (IIUM), berhasil memenangkan Raja Faisal International Prize 2018 di Saudi Arabia, dalam kategori pelayanan Islam.
"Saya tidak menyangka mendapatkan hadiah ini," ujar Wakil Direktur The International Institute for Halal Risearch and Training IIUM tersebut.
Sekretariat Jenderal Raja Faisal International Prize mengumumkan pemenang dalam sebuah upacara yang diadakan dihadapan Ketua Yayasan Raja Faishal, Pangeran Khalid Al-Faisal, emir Makkah, penasihat Kustodian Dua Masjid Suci dan pejabat lainnya di Aula Sultan Prince of Al-Faisaliah Centre di Riyadh.
Irwandi menerima pengumuman melalui e-mail yang ditandatangani Ketua Dewan King Faisal International Prize, Khalid Al-Faisal dan diberitahu oleh mitra riset-nya di Saudi Arabia yang sempat menyaksikan pengumuman tersebut melalui televisi.
"Alhamdulillah karena kontribusi saya yang sangat kecil dianggap berarti oleh pihak luar. Semoga tetap bermanfaat untuk umat manusia secara keseluruhan," ujar alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Dia mengatakan semua dekan dan Komite Manajemen Universitas (KUM) IIUM terdiri rektor dan wakil rektor telah mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih dirinya melalui grup whatsapp.
"Kami masuk nominasi pada 2017. Wakil Rektor IIUM Bidang Riset dan Inovasi telah mengirimkan formulir dan paper yang dilengkapi dengan bukti-buktinya ke Panitia King Faisal International Prize. Semua ada lima kategori saya kategori `service of Islam`," katanya.
Irwandi mengatakan dirinya merupakan orang kedua Indonesia yang memenangkan penghargaan tersebut setelah sekitar 1980-an Perdana Menteri, Muhammad Natsir, memenangkan penghargaan serupa untuk kategori yang sama.
Menurut Irwandi dirinya dan keluarganya bakal diundang ke Saudi Arabia untuk menerima hadiah tersebut dua bulan mendatang.
Prof Irwandi Jaswir, seorang ilmuwan terkenal dalam ilmu halal, telah dipilih untuk mendapatkan hadiah yang didambakan ini sebagai pengakuan atas layanan dan kontribusinya yang luar biasa kepada Islam dan Muslim dalam ilmu halal.
Komite Hadiah menyoroti kontribusinya dalam pembentukan dan pengembangan "Ilmu Halal" melalui berbagai publikasi dan studi penelitian.
Panitia juga mempertimbangkan karyanya dalam mengembangkan metode baru untuk menganalisis zat yang digunakan dalam pembuatan "alternatif makanan halal", serta prosedur praktis untuk memproduksi gelatin halal dari berbagai sumber halal (non-babi), seperti unta dan ikan.
"Komite tersebut juga mencatat bahwa kolaborasi Prof. Jaswir dengan ilmuwan lain mengembangkan metode baru untuk deteksi cepat zat non-halal dalam makanan, kosmetik dan barang konsumsi lainnya yang digunakan oleh umat Islam. Contoh dari metode tersebut adalah `portable electronic nose` yang mendeteksi dalam beberapa detik adanya alkohol dan lemak babi (lemak yang berasal dari babi) pada makanan dan minuman," katanya.
Irwandi lahir pada 20 Desember 1970. Dia memperoleh gelar sarjana di bidang Teknologi Pangan dan Gizi Manusia pada tahun 1993 dari Universitas Pertanian Bogor (IPB) di Indonesia, Master of Science dalam Ilmu Pangan dan Bioteknologi pada tahun 1996, serta PhD di bidang Kimia Pangan dan Biokimia pada tahun 2000 dari Universiti Putra di Malaysia.***/Antara