Jumat, 26 April 2024
Home
 

Fenomena Wartawan Diberitakan 'Wartawan'
Rabu, 05/November/2014 - 07:54:26 WIB
AKIBAT semakin bebasnya masyarakat untuk mendirikan media massa, baik itu cetak, online, radio, ataupun televisi, kini bermunculan media yang menjamur dan kebanyakan hanya sebagai tameng untuk sebuah kepentingan.

Media yang dilahirkan dari sebatas kepentingan semata, maka akan sulit untuk tumbuh dan berkembang. Bahkan media 'abal-abal' itu ketika kita baca lucu. Penulisan amburadul, jauh dari kaidah bahasa, serta yang fantastis pemberitaan yang cenderung tidak berimbang dan selalu berirama ancaman untuk sekelompok maupun pribadi narasumber.

Penulis menelaah banyak media, dan yang jadi fokus di tulisan ini yakni media online dan media sosial. Sudah saatnya pemerintah melakukan kontrol terhadap bahasa yang ditorehkan di media online sekarang.

Banyak narasumber mengeluh dengan keberadaan media online yang 'sadis' bahasanya, menghujat dan berniat menjatuhkan seseorang dengan fitnah, meskipun sebagai kelayakan suatu media massa yang memperhatikan 5W+1H dalam penulisan berita tidak ada dalam tulisan tersebut.

Terparah lagi, akibat menjamurnya media 'abal-abal' ini, mereka kehabisan narasumber dan kini sibuk memantau pergerakan wartawan. Maka tak jarang muncul ke permukaan bahwa ada beberapa media, sekelompok wartawan, mengangkat sekelompok wartawan lainnya sebagai objek berita.

Pekerjaannya memang hanya untuk memfitnah, dengan tulisan dan bahasa seadanya. Salah seorang narasumber tak mampu menahan tawanya saat berbincang dengan saya. "Apa kisah sekarang ini wartawan diberitakan wartawan, ada pula wartawan dilaporkan wartawan."

Memang ini suatu fenomena yang sangat memalukan dunia jurnalistik. Profesi yang mulia ini seakan-akan mulai terjadi gesekan yang membuat nama wartawan semakin buruk di mata masyarakat.

Memang bukan masyarakat yang salah, mereka hanya mengikuti jalannya berita. Namun, tak terkontrolnya penulis berita ini yang menjadi PR bagi dunia jurnalistik, terutama organisasi wartawan. Penulis berita yang motivasinya frontal, untuk adu domba, fitnah, dan ghiba menciptakan bahan sebagai gunjingan di tengah khalayak sebenarnya tak akan bertahan lama.

Dalam beberapa kejadian setakat ini, kita melihat berapa banyak wartawan kontroversial yang terlibat kasus hukum akibat tulisannya. Akun twitter @TM2000Back atau yang dikenal dengan nama Triomacan, misalnya, mereka yang berada di dalam akun yang memposting cuitan propaganda itu semuanya berasal dari media massa online.

Wartawan memberitakan wartawan, itu juga lah yang terjadi pada tragedi @TM2000Back. Mereka memberitakan orang yang dahulunya mendanai media mereka. Mereka semua statusnya wartawan, berperang melalui tulisan dan narasumber di luar pun bercucuran keringat menahan tawa mereka atas kondisi memalukan ini.

Ada lagi, sekelompok wartawan yang berasal dari lembaga swadaya masyarakat sibuk mengurusi pekerjaan wartawan di suatu pos liputan. Wartawan misterius ini pun membuat geger publik dengan tulisannya. Mengadu domba wartawan dengan narasumber, itu yang terjadi baru-baru ini di pos liputan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Sehingga terjadilah saling lapor, Wartawan memberitakan wartawan, dan wartawan melaporkan wartawan, aparat kepolisian pun bingung dibuatnya.

Kejadian yang sama juga bisa dilihat di pos liputan DPRD Kota Pekanbaru. Sekelompok 'Wartawan' sibuk memantau rutinitas wartawan yang menulis kegiatan di Legislatif Pekanbaru tersebut. Wartawan diadu domba dengan narasumber. Sungguh menggegerkan dan memalukan profesi wartawan.

Kemudian yang sadis lagi, ada pula wartawan terlibat perampokan. Beritanya mengguming tingkat nasional. Itu terjadi di Kota Bertuah Pekanbaru. Lagi-lagi, wartawan jadi objek negatif di tengah-tengah publik.

Kemudian, ada lagi wartawan yang tujuan medianya hanya untuk 'menodong' seseorang yang menjadi target. Secara terang-terangan sanggup meminta sejumlah uang kepada narasumber. Jika dia memang wartawan tulen, maka perbuatan ini adalah perbuatan haram dan tak akan pernah dilakukan seorang wartawan yang profesional. Hanya wartawan yang tak mengerti kode etik, yang lahir secara tiba-tiba tanpa ada bekal jurnalistik sedikitpun dipegangnya.

Dari beberapa peristiwa yang melibatkan wartawan tersebut, mari kita telah, siapa mereka 'wartawan' yang suka mengadu domba, yang terlibat kasus hukum, yang tanpa ragu meminta sejumlah uang kepada narasumber, yang tak bisa menulis sesuai kaedah bahasa, yang tak tahu kode etik jurnalistik dan tak paham unsur berita 5W+1H.

Jawabannya adalah, itu bukan penulis. Ketika orang mengaku wartawan namun tak mampu menjaga kode etik jurnalistik secara otomatis dia sudah mengungkapkan siapa dirinya, dan publik harus tahu ini. Agar bisa membedakan mana yang wartawan dan mana yang 'wartawan'. *** Penulis: Riki Rahmat
+ Index OPINI
  Selasa, 29/Juni/2021-17:27:57
Aspek Agen Sebagai Aktor Perubahan dengan Pendekatan Ekonomi Perilaku
  Senin, 19/Oktober/2015-10:22:03
Joko Widodo dan Media Darling
  Minggu, 02/Agustus/2015-12:50:50
Catatan Tentang Cinta Da Bas dan Uni Ros
  Sabtu, 25/Juli/2015-10:20:11
Makna Halal bi Halal
  Rabu, 22/Juli/2015-18:11:45
Toleransi Beragama, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI
  Senin, 22/Juni/2015-23:37:17
Ramadahan Menuju Madarasah Rabbaniyyah
  Kamis, 18/Juni/2015-14:58:59
Ramadhan, Momentum Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
  Selasa, 16/Juni/2015-16:34:04
Serba Palsu, Siapa yang Salah?
  Jumat, 29/Mei/2015-08:51:08
Simalakama Negeri Jerebu
  Rabu, 20/Mei/2015-16:07:33
Revolusi Mental Menuju Indonesia Lebih Baik
  Minggu, 26/April/2015-18:07:55
Mungkinkah May Day Diisi Acara Positif?
  Selasa, 21/April/2015-16:40:04
Momentum Kebangkitan Indonesia
  Rabu, 15/April/2015-07:23:07
UN 2015, Memperbaiki Sistem Pendidikan Nasional


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com