Sabtu, 27 April 2024
Home
 
Luzi Diamanda
Simalakama Negeri Jerebu
Jumat, 29/Mei/2015 - 08:51:08 WIB
JIKA musim panas mulai menggantikan siklus musim sebelumnya, warga Riau mulai cemas. Betapa tidak, saban tahun negeri yang kaya akan hasil Sumber Daya Alam (SDA) ini harus menanggungkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) beserta segala dampaknya. Kejadian ini terus berulang dari tahun ke tahun.

Meski kabut asap ini juga melanda beberapa propinsi lain di Indonesia oleh sebab yang hampir sama, tapi Provinsi Riau adalah provinsi yang paling menderita dari kebakaran hutan dan lahan tersebut. Kerugian secara ekonomi sangat luar bisa. Belum lagi lumpuhnya sektor pariwisata dan terganggunya kesehatan masyarakat, karena menghirup kabut asap.

Kayanya lahan yang subur untuk perkebunan, khususnya sawit, menjadi awal mula datangnya petaka kabut asap alias jerebu ini, karena kebakaran hutan dan lahan sebagian besar dilakukan dengan sengaja, baik oleh para petani kecil maupun koorporasi, untuk membuka lahan bakal sawit mereka. Ya, bak makan buah simalakama, itulah dia perumpamaan lahan subur Riau sekaligus bergambut.

Misalnya, pada 2014 lalu, Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kebakaran yang terjadi di Riau menyebabkan kerugian materi hingga Rp 20 triliun. Angka ini diperoleh dari hitungan produk domestik bruto (PDB) Riau akibat aktivitas ekonomi masyarakat yang terganggu seperti penerbangan yang ditutup hingga beberapa hari.

Selain kerugian ekonomi, kebakaran hutan dan lahan juga telah menyebabkan 21.900 hektar hutan hancur. Tahun sebelumnya diperkirakan hutan yang hancur hanya 16 ribu hektar. Sementara total masyarakat yang terpapar partikel asap mencapai lebih dari 55 ribu jiwa.

Sektor perhotelan juga salah satu pihak yang mengalami kerugian akibat kabut asap. Pada tahun ini, hotel mengalami penurunan tingkat hunian mencapai 50%, khususnya di kota Pekanbaru. Betapa tidak, kebanyakan orang ke Pekanbaru menginap di hotel untuk berbisnis. Selama kabut asap semakin pekat penerbangan ke Pekanbaru ditutup sehingga imbasnya penurunan tingkat hunian.

Upaya Penanggulangan
Selain karena faktor alam dan cuaca, kebakaran hutan dan lahan memang sebagian besar oleh laku manusia. Mereka dengan sengaja melakukan pembakaran untuk membuka lahan. Hal ini bukan hanya oleh masyarakat kecil dengan luas lahan satu atau dua hektar, tapi juga dilakukan koorporasi dengan luas ratusan hingga ribuan hektar.

Hanya saja patut disayangkan, dalam tindakan hukum untuk mereka yang membakar hutan dan lahan, dalam waktu berjalan, hingga 2014, aparat lebih banyak bertindak terhadap petani kecil atau juga orang-orang suruhan koorporasi. Sementara koorporasi sendiri sebagai pemilik atau cukong dari lahan yang dibakar, hampir tak tersentuh hukum. Kondisi ini disinyalir tidak membuat efek jera, karena si pemodal leluasa tahun berikutnya kembali melakukan hal yang sama.

Menangkap petani-petani kecil tidak akan mengurangi potensi kebakaran kedepannya secara signifikan, apalagi kalau petani-petani tersebut tidak memiliki alternatif lain dalam usaha pembukaan lahan. Oleh sebab itu, penegak hukum harus mulai memprioritaskan investigasi kepada perusahaan kecil, menengah, dan besar, dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kebakaran mendapatkan hukumannya, bersama dengan pejabat publik yang terbukti melakukan pelanggaran hukum. KPK dan unit khusus mereka untuk kejahatan hutan, dapat lebih memfokuskan usaha mereka kepada Riau, melihat pentingnya pencegahan kebakaran di Riau ini.

Selain itu, berdasarkan data Analisis Global Forest Watch, di provinsi Riau, hampir setiap tahun, ada 4 Kabupaten yang terkena dampak hebat kebakaran hutan, yakni Bengkalis, Rokan Hilir, Pelalawan, dan Siak. Empat daerah ini merupakan lokasi terjadinya 52 persen dari total peringatan titik api di seluruh Indonesia dalam satu tahun terakhir.

Di dalam empat Kabupaten ini, Global Forest Watch menunjukkan dengan akurat beberapa Kecamatan yang menjadi lokasi mayoritas peringatan titik api, dengan Bukit Batu, Tanah Putih, Kandis, dan Medang Kampai sebagai Kecamatan dengan peringatan titik api terbanyak.

Temuan ini menjadi sangat penting untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan kedepannya. Artinya, pemerintah dapat mengurangi risiko kebakaran dan kabut asap secara signifikan, dengan memusatkan sumber daya dan usaha pencegahan kebakaran, tentu juga termasuk investigasi dan penegakkan hukum, hanya di beberapa wilayah itu saja.

Analisis Global Forest Watch menunjukkan bahwa 75% peringatan titik api terjadi di wilayah lahan gambut. Kebakaran di lahan gambut berlangsung lebih lama dan menghasilkan asap lebih banyak dibandingkan kebakaran lainnya, dan berperan besar dalam menyumbangkan kabut asap berbahaya selama setahun terakhir. Kebakaran lahan gambut juga lebih susah dipadamkan dan menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer dibandingkan kebakaran lainnya, dan juga menghasilkan asap yang berhubungan erat dengan peningkatan resiko gangguan pernapasan dan serangan jantung.

Oleh sebab itu, pemerintah bersama para penegak hukum, para pelaku bisnis, dan masyarakat, harus memprioritaskan pencegahan kebakaran di lahan gambut, dengan usaha khusus yang difokuskan kepada lokasi yang sudah dipetakan tadi.***
+ Index OPINI
  Selasa, 29/Juni/2021-17:27:57
Aspek Agen Sebagai Aktor Perubahan dengan Pendekatan Ekonomi Perilaku
  Senin, 19/Oktober/2015-10:22:03
Joko Widodo dan Media Darling
  Minggu, 02/Agustus/2015-12:50:50
Catatan Tentang Cinta Da Bas dan Uni Ros
  Sabtu, 25/Juli/2015-10:20:11
Makna Halal bi Halal
  Rabu, 22/Juli/2015-18:11:45
Toleransi Beragama, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI
  Senin, 22/Juni/2015-23:37:17
Ramadahan Menuju Madarasah Rabbaniyyah
  Kamis, 18/Juni/2015-14:58:59
Ramadhan, Momentum Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
  Selasa, 16/Juni/2015-16:34:04
Serba Palsu, Siapa yang Salah?
  Jumat, 29/Mei/2015-08:51:08
Simalakama Negeri Jerebu
  Rabu, 20/Mei/2015-16:07:33
Revolusi Mental Menuju Indonesia Lebih Baik
  Minggu, 26/April/2015-18:07:55
Mungkinkah May Day Diisi Acara Positif?
  Selasa, 21/April/2015-16:40:04
Momentum Kebangkitan Indonesia
  Rabu, 15/April/2015-07:23:07
UN 2015, Memperbaiki Sistem Pendidikan Nasional


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com