PEKANBARU, KLIK RIAU.COM– Suasana mencekam terjadi di kawasan Sungai Balam, Dusun Nunusan, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), ketika seorang warga bernama Butet (27) diserang dua ekor harimau sumatera saat sedang memanen damar, Senin pagi (20/10/2025).
Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Ujang Holisudin, menjelaskan bahwa lokasi kejadian berada di zona tradisional Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), yang merupakan habitat alami satwa dilindungi tersebut.
“Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, ketika korban sedang mengambil damar untuk menambal perahunya,” ujar Ujang, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, sebelum diserang, korban sempat mendengar raungan harimau dari kejauhan, tetapi tidak mengindahkannya karena sudah terbiasa dengan suara satwa liar di kawasan hutan itu. Tak lama berselang, dua ekor harimau — seekor induk dan anaknya — tiba-tiba muncul dari semak belukar. “Induk harimau menyerang pergelangan kaki kiri korban, sementara anaknya menggigit lutut kanan,” jelas Ujang.
Dalam kondisi terluka parah, Butet berusaha melawan dengan memukul wajah anak harimau hingga terpental. Melihat hal itu, induknya melepaskan gigitan dan segera pergi meninggalkan lokasi bersama anaknya. “Kemungkinan besar induk harimau tersebut sedang mengajarkan anaknya berburu,” tambah Ujang.
Usai serangan, Butet yang berlumuran darah berjalan kaki menuju permukiman warga. Sekitar pukul 12.30 WIB, ia ditemukan oleh warga dan segera dibawa ke Puskesmas Siberida, lalu dirujuk ke RSUD Indrasari Rengat untuk mendapat perawatan intensif.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, yang juga turun langsung ke lapangan, menyatakan bahwa pihaknya bersama Balai TNBT telah melakukan penelusuran di lokasi kejadian dan menemui keluarga korban. “Kami memastikan kondisi korban tertangani dengan baik dan akan terus memantau area sekitar agar kejadian serupa tidak terulang,” katanya.
Supartono menegaskan bahwa tidak ada indikasi harimau tersebut berniat membunuh manusia. “Dari hasil analisis lapangan, serangan ini lebih bersifat naluriah. Induk harimau kemungkinan besar hanya melatih anaknya berburu,” ungkapnya.
Menanggapi kejadian itu, BBKSDA Riau mengeluarkan imbauan kepada masyarakat sekitar agar meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di kawasan hutan, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan zona konservasi. “Kami mengingatkan masyarakat agar tidak masuk hutan sendirian dan segera melapor jika menemukan jejak atau tanda keberadaan satwa liar,” pesan Ujang.
Ia juga mengingatkan bahwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) termasuk satwa endemik dengan status critically endangered atau sangat terancam punah menurut daftar merah IUCN. “Konflik manusia dan harimau terjadi karena ruang jelajah satwa semakin sempit akibat pembukaan lahan,” tutur Supartono.
BBKSDA Riau bersama pihak TNBT kini terus melakukan patroli rutin untuk menjaga keamanan warga serta memastikan kelestarian harimau sumatera di habitat aslinya. “Kami berharap manusia dan satwa liar dapat hidup berdampingan secara harmonis,” pungkas Supartono. (mcriau)